fbpx

4 Agile Values dalam Merger Gojek dan Tokopedia

Ekipa.co – Resmi sudah berita merger Gojek dan Tokopedia dikenalkan ke publik pada tanggal 17 Mei 2021 lalu. Setelah diresmikan, nama gabungan antara Gojek dan Tokopedia adalah Grup GoTo.

Berita merger ini menghebohkan dunia bisnis Indonesia bahkan sebelum resmi diumumkan ke publik. Apa yang bisa kita pelajari dari perspektif agile? Kita akan membahasnya dalam artikel ini. Simak sampai habis, ya!

Apakah sobat agile penasaran, bagaimana bisa dua industri yang berbeda bisa bergabung? Nah, dinamisnya dunia industri sekarang ini tak hanya membuat kompetisi terjadi diantara kompetitor satu industri bahkan kompetisi terjadi di bidang industri yang berbeda.

Kalau dilihat background industrinya, Tokopedia berasal dari ekosistem e-commerce marketplace sedangkan Gojek berlatar belakang ekosistem super-app. Keduanya adalah perusahaan asal tanah air yang menjadi raksasa di bidangnya masing-masing. Kini Tokopedia memiliki sekitar 100 juta pengguna aktif setiap bulannya sedangkan Gojek memiliki sekitar 38 juta pengguna aktif setiap bulannya.

Bisakah sobat agile bayangkan dengan pengguna aktif yang besar itu, apa yang terjadi ke depannya bila GoTo sudah beroperasi? Tentunya akan ada ekosistem digital terbesar di Indonesia yang terbentuk. Merger duo raksasa tersebut menjadi contoh kolaborasi hebat yang terjadi di Indonesia bahkan di Asia Tenggara.

Kolaborasi tersebut mencerminkan betapa agile-nya kedua perusahaan baik Gojek dan Tokopedia. Nah, kita akan membahas bagaimana Gojek dan Tokopedia menerapkan 4 agile values dalam proses merger ini.

Baca Juga: Program Agile Coaching Terbaik di Indonesia

Ekipa-Academy-First-Agile-Bootcamp-1

Apa Alasan Gojek dan Tokopedia Merger?

17 Mei 2021 lalu menjadi hari yang bersejarah bagi Indonesia. Dua perusahaan karya anak bangsa yakni Gojek dan Tokopedia memutuskan untuk saling melengkapi menjadi satu kesatuan.

Tebak-tebakkan nama menjadi cukup ramai di sosial media ketika isu Gojek dan Tokopedia akan merger. Apakah jika kedua perusahaan tersebut bergabung namanya akan menjadi Gopedia, Tokojek, atau sebutan nama lainnya. Hingga akhirnya nama yang resmi keluar adalah Grup GoTo.

Nama GoTo ini memang cukup unik. Namun, ada filosofis dibalik nama itu. Mengutip dari status facebook pribadi CEO Tokopedia yakni William Tanuwijaya mengungkapkan bahwa GoTo berasal dari singkatan Gojek dan Tokopedia, selain itu juga merupakan singkatan dari kata gotong-royong.

Gotong-royong inilah yang menjadi dasar dibalik semangat persatuan Gojek dan Tokopedia demi mendorong kemajuan bangsa. Semangat persatuan Gojek dan Tokopedia menjadi saksi sejarah adanya transformasi di saat yang penuh tantangan.

CEO Tokopedia, william tanuwijaya

Digitalisasi dan bantuan teknologi membuat UMKM yang hampir kelabakan terkena hantaman pandemi ini menjadi masih punya harapan. Salah satu alasan terbesar yang bisa disimpulkan dari kolaborasi merger Gojek dan Tokopedia adalah keinginan untuk bisa memberikan dampak sosial yang lebih besar bagi Indonesia dan melakukan pemerataan ekonomi melalui teknologi.

Baca Juga: 6 Tahapan Memulai Transformasi Digital dengan Agile

Apa Tujuan Merger Gojek dan Tokopedia?

Mengutip dari laman CNBC Internasional, valuasi gabungan kedua perusahaan per 31 Mei 2021 ini mencapai $18 miliar atau kalau dikonversikan nilainya lebih dari 257 triliun.

Namun, Andre Soelistyo, CEO dari Grup GoTo berharap valuasinya bisa menjadi lebih besar lagi mengingat sekarang ini sedang mempertimbangkan untuk mencatatkan saham perdana atau yang akrab orang kenal dengan proses IPO.

IPO memang menjadi tujuan dari Grup GoTo agar bisa mendapatkan pendanaan yang nantinya akan memudahkan proses ekspansi. Selain itu IPO menjadi sumber dukungan agar perusahaan bisa tumbuh ke tahap berikutnya.

Secara jangka pendek tujuan merger Gojek dan Tokopedia adalah untuk memanfaatkan aset dan infrastruktur yang dimiliki oleh kedua perusahaan.

Adanya kolaborasi duo raksasa perusahaan ini juga akan mendorong munculnya inovasi-inovasi baru yang akan memberikan kemudahan dan solusi bagi para pelaku UMKM, konsumen, driver, maupun merchant.

CEO dari Tokopedia, William Tanuwijaya menjelaskan bahwa tujuan dari merger Gojek dan Tokopedia yaitu untuk memberikan dampak sosial yang lebih besar lagi bagi Indonesia termasuk bagi pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM).

Harapannya dengan adanya Grup GoTo ini UMKM bisa mengembangkan bisnisnya dan pada yang bersamaan memberikan akses kepada barang dan jasa yang ada di penjuru Indonesia.

Serupa dengan pernyataan dari CEO Gojek, Kevin Aluwi, dalam siaran pers yang menjelaskan bahwa Tokopedia dan Gojek sama-sama memiliki misi, prinsip, etos kerja, dan pemikiran yang sama yakni ingin memberikan pengalaman terbaik bagi konsumennya melalui jaringan mobilitas tercepat dan terbesar.

Baca Juga: 5 Karakter yang Dibutuhkan untuk membangun Agile Team

Berbeda Tapi Serupa Itulah Gojek dan Tokopedia

Bagaimana bisa perusahaan yang latar belakang industrinya berbeda bisa merger jadi satu? Bisa dong, meski berbeda tapi Gojek dan Tokopedia punya kesamaan.

Apa kesamaan dari Gojek dan Tokopedia? Jawabannya adalah mereka sama-sama buatan anak bangsa yang ingin berkontribusi memberikan dampak sosial bagi Indonesia.

Tokopedia bermula dari impian anak bangsa yang ingin menggali potensi dari negara tercintanya yang memiliki banyak kepulauan yakni Indonesia. Bermula pada tanggal 17 Agustus 2009 William Tanuwijaya bersama rekannya Leontinus Alpha Edison meluncurkan Tokopedia dengan misi melakukan pemerataan ekonomi secara digital.

Tingginya urbanisasi menggiring barang-barang terkumpul di kota besar saja. Hal ini menimbulkan terlihatnya jurang pemisah antara daerah perkotaan dan pedesaan. Untuk itulah William dan Leontinus berusaha memecahkan permasalahan ini dengan menghadirkan Tokopedia.

Kini pada usianya yang memasuki usia sebelas tahun, Tokopedia telah menunjukkan dampak sosial yang luar biasa bagi Indonesia. Terdapat lebih dari 100 juta pengguna aktif setiap bulannya, jumlah penjual di Tokopedia pun totalnya lebih dari 11 juta penjual di mana 86,5% penjual adalah pelaku bisnis baru, dan layanan dari Tokopedia ini sudah menjangkau 99% kecamatan di Indonesia.

Manfaat Kehadiran Tokopedia

Dampak sosial lainnya yang telah diciptakan oleh Tokopedia adalah sebagai berikut:

  • Ketika pandemi melanda, Tokopedia berhasil mendorong pelaku UMKM untuk melakukan adopsi digital sehingga bisa tetap bertahan dan tumbuh di saat seperti ini. Bila dihitung dalam angka Tokopedia telah membantu memberdayakan 90% penjual berskala UMKM.
  • Jumlah penjualan meningkat sebanyak 133%. 7 dari 10 penjual mengatakan bahwa volume penjualannya meningkat ketika menambah channel penjualannya di Tokopedia.
  • Sebanyak 76,4% penjual merasakan kemudahan mengelola bisnisnya di Tokopedia.
  • Mendorong inklusi keuangan di Indonesia.

Itulah sekilas cerita tentang Tokopedia. Sekarang kita akan melihat sekilas perjalanan dari Gojek.

Baca Juga: Asyiknya Cara Bekerja Agile Team

Manfaat Kehadiran Gojek

Selisih satu tahun dengan Tokopedia, tepatnya tahun 2010 Nadiem Makarim menginisiasi adanya layanan Gojek yang pada awalnya baru sebatas layanan pemesanan ojek melalui Call Center.

Kemudian seiring dengan kebutuhan pelanggan layanan Gojek berkembang pesat dengan meluncurkan tiga aplikasi pada tahun 2015. Aplikasi tersebut adalah GoRide, GoSend, dan GoMart.

Kini pada tahun 2021 terdapat lebih dari 20 layanan yang bisa kita gunakan mulai dari pesan makanan, pembayaran, sampai dengan bersih-bersih rumah. Gojek memberikan solusi dalam aplikasi pada setiap situasi.

Kehadiran Gojek sedari awal pun memiliki tujuan untuk bisa merangkul pelaku usaha UMKM dalam mengembangkan bisnisnya. Sebelum pandemi saja Gojek sudah merangkul ratusan ribu mitra usaha yang 96%-nya adalah pelaku UMKM.

Berdasarkan riset dari lembaga demografi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia kepada 6.732 responden di 9 kota menghasilkan temuan sebagai berikut terkait dampak ekonomi sosial yang diciptakan oleh Gojek, yaitu:

  • Gojek menyumbang sebesar Rp44,2 triliun pada perekonomian Indonesia pada akhir tahun 2018.
  • Dengan skema insentif yang diberikan Gojek telah meningkatkan sebesar 100% taraf kesejahteraan para mitra driver.
  • Gojek dengan ekosistemnya telah mendukung pertumbuhan UMKM. Sebesar 93% mitra usaha gojek mengaku mengalami lonjakan volume penjualan dan secara klasifikasi omzet sebesar 55% mitra usaha mengalami kenaikan.

Itulah cerita dan sejarah singkat tentang Gojek dan Tokopedia. Apakah sobat agile melihat kesamaan antara dua perusahaan yang kini telah merger ini?

Gojek dan Tokopedia memiliki kesamaan yakni ingin memberikan dampak ekonomi sosial bagi Indonesia khususnya bagi para pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. Meski datang dari latar belakang industri berbeda keduanya punya kontribusi besar terhadap usaha UMKM.

Baca Juga: Buku Start Agile, Panduan Memulai Transformasi Agile

4 Bukti Bahwa Gojek dan Tokopedia Sudah Menerapkan Agile

Fakta merger Gojek dan Tokopedia sejatinya sudah menunjukkan bahwa kedua perusahaan ini telah menerapkan agile dalam praktiknya. Dua perusahaan teknologi dengan berbeda latar belakang bergabung maka akan menciptakan teknologi baru yang saling melengkapi.

Praktek merger duo raksasa ini adalah simbiosis mutualisme yang memberikan manfaat satu sama lain. Apakah sobat agile penasaran bagaimana kedua perusahaan ini mengimplementasikan agile? Secara tidak langsung praktek merger Gojek dan Tokopedia ini menunjukkan empat nilai agile yang sudah diterapkan oleh kedua perusahaan.

Apa sajakah itu? Agile sendiri memiliki empat nilai (agile values) yang menjadi pondasi dasar bagi perusahaan apabila ingin mengimplementasikan agile. Inilah empat nilai agile yang dipraktekkan oleh Gojek dan Tokopedia

1. Tanggap Merespon Perubahan ( Responding Change Over Following Plan)

Tidak ada waktu yang tepat kecuali hari ini. Bisa jadi pernyataan tersebut mewakili keputusan tepat Gojek dan Tokopedia untuk melakukan merger di masa pandemi. Masa pandemi yang tidak tahu entah sampai kapan perlu direspon dengan tepat.

Apakah kita akan merespon dengan positif atau pun negatif itu menjadi pilihan kita. Namun, Gojek dan Tokopedia memutuskan untuk merespon dengan cepat dan positif. Mereka dengan kelebihannya masing-masing saling bersatu untuk memberikan dampak ekonomi dan sosial yang lebih luas lagi bagi Indonesia.

Keputusan mereka bersatu akan memberikan dampak yang baik untuk para merchant, konsumen, atau pun driver. Dengan bergabungnya Gojek dan Tokopedia ini akan menghasilkan super app yang nantinya akan semakin menawarkan keanekaragaman layanan yang bermanfaat dan menjadi solusi bagi para konsumennya.

Baca Juga: Agile Software Development untuk Meningkatkan Kinerja Perusahaan

2. Merger Gojek dan Tokopedia Demi Dampak Lebih Luas untuk Konsumen (Customer Collaboration Over Contract Negotiation)

Apa yang mendasari merger Gojek dan Tokopedia? Tidak lain dan tidak bukan adalah karena mereka punya prinsip yang sama untuk memberikan pengalaman terbaik untuk konsumen mereka. Dengan kolaborasi antara duo perusahaan raksasa ini tentunya konsumen juga semakin diuntungkan.

Dengan jumlah pengguna aktif Tokopedia yang sebulan mencapai lebih dari seratus juta pengguna dan pengguna aktif Gojek per bulan berjumlah lebih dari 38 juta pengguna, maka akan memudahkan kedua perusahaan ini untuk bisa mendapatkan feedback dari penggunanya.

Seiring bertambahnya layanan maka potensi untuk belajar dari feedback konsumen pun semakin tinggi. Feedback yang diberikan konsumen ini menjadi kunci penting pengembangan layanan yang lebih baik ke depannya.

Baca Juga: Sertifikasi Agile Scrum Master Terbaik di Indonesia

3. Membina Hubungan Baik dengan Karyawannya (Individuals and Interactions Over Processes and Tools)

Gojek dan Tokopedia termasuk perusahaan idaman bagi para karyawan. Mengapa? Karena keduanya memiliki kesamaan yakni peduli dan membina hubungan baik dengan karyawannya.

Meskipun kedua perusahaan adalah perusahaan teknologi besar, tapi tidak mengesampingkan sisi humanisnya. Justru mereka menyadari bahwa teknologi yang hebat tak akan ada artinya apa-apa jika tidak dijalankan oleh orang yang hebat pula.

Secanggih apapun teknologi tidak akan memberikan dampak positif bila orang-orang yang menjalankan teknologi tersebut tidak saling bekerja sama mencapai satu tujuan bersama. Hal ini bukan berarti teknologi tidak penting, justru teknologi dan orang yang mengoperasikan teknologi harus benar-benar mau bekerja sama.

Gojek sendiri sangat perhatian dengan orang-orang di dalamnya. Gojek menciptakan budaya kolaborasi antar fungsi, memberikan kesempatan untuk bertumbuh bagi karyawannya dengan memberikan subsidi beli buku, daftar gym membership, bahkan isi pulsa sekalipun.

Kesehatan mental karyawannya pun tak luput dari perhatian Gojek. Gojek menyediakan layanan konseling gratis untuk karyawannya bahkan keluarganya pun juga. Tak tanggung untuk kesehatan pun orang tua karyawan Gojek diberikan asuransi kesehatan pula.

Serupa dengan Tokopedia, Tokopedia pun perhatian dengan hubungan baik terhadap Nakama-nya. Nakama adalah sebutan bagi karyawan yang bekerja di Tokopedia. Nakama sendiri memiliki DNA yang mendukung mereka bekerja untuk menciptakan layanan dan memberikan pengalaman terbaik untuk penggunanya.

Adapun DNA yang dimiliki oleh Nakama adalah focus on customer, growth mindset, and make it happen, make it better. Nakama akan fokus untuk memberikan pengalaman terbaik bagi konsumennya dan selalu siap berinovasi untuk memenuhi kebutuhan konsumen.

Nakama akan selalu berani menerima tantangan dan menjadikan masalah sebagai peluang untuk menciptakan dan memulai hal-hal baru penuh inovasi.

Baca Juga: Agile Maturity Assessment Tool, Know your Maturity Level for Free

4. Memudahkan Pengembang Memenuhi Kebutuhan Pengguna Secara Komplit (Working Software Over Comprehensive Documentation)

Dinamisnya kebutuhan pengguna dan dunia yang semakin berubah membuat pengembang software kewalahan untuk memenuhi kebutuhan pengguna secara sempurna. Beruntungnya dengan kolaborasi Gojek dan Tokopedia ini nantinya akan memudahkan pengembang software untuk bisa memenuhi kebutuhan pengguna secara komplit.

Berdasarkan analisis merger Gojek dan Tokopedia di atas, kedua perusahaan tersebut bisa saling mempelajari kebutuhan pengguna secara silang. Misalkan Gojek bisa mempelajari kebutuhan pengguna Tokopedia dan sebaliknya. Apalagi dengan jumlah pengguna aktif Gojek dan Tokopedia yang sangat besar itu.

Baca Juga: Program Venture Pirates Terbaik untuk Startup

Akhir Kata

Apakah merger Gojek dan Tokopedia kabar bagus? Tentu, kabar bagus karena mereka menunjukkan seperti apa contoh perusahaan yang menerapkan agile.

Mereka berani untuk mengambil resiko dengan berkolaborasi. Potensi resiko yang akan muncul di masa depan dimanajemen dengan iterasi, mendengarkan feedback dari konsumen, dan terus belajar hal baru.

Apakah perusahaan kamu sudah siap belajar dari Gojek dan Tokopedia untuk menerapkan agile? Kalau sudah siap dan bingung memulainya dari mana maka Ekipa siap membantu.

Oh, ya, jangan lupa sebelum memulai agile baca dulu buku karya Hugo Messer, Founder Ekipa yang berjudul Start Agile, kamu bisa mengunduhnya gratis ya.

Kamu juga bisa mendalami agile lebih dalam dan intensif melalui program Agile Bootcamp Pertama di Indonesia yang diadakan oleh Ekipa Academy.

We are moving website domains soon and look forward to sharing a brand new experience with you are Ekipa.co

We are moving our website domain soon and look forward to share a brand new experience with you at ekipa.co

  • 00Days
  • 00Hours
  • 00Minutes
  • 00Second
  • 00Days
  • 00Hours
  • 00Minutes
  • 00Second
Need help? Talk to us