fbpx

Apa itu Design Thinking dan Mengapa Penting untuk Bisnis?

Apa itu Design Thinking dan mengapa penting untuk bisnis

Dalam menghadapi kemungkinan terburuk resesi tahun 2023 maka banyak bisnis mulai bersiap untuk berinovasi, salah satu caranya dengan menggunakan Design Thinking.

Akhir-akhir ini banyak pula permintaan ke Ekipa terkait pelatihan Design Thinking. Sebenarnya apa yang dimaksud dengan Design Thinking dan mengapa sangat populer dan penting bagi bisnis?

Padahal awalnya Design Thinking hanya populer di kalangan desainer saja. Namun, ternyata Design Thinking ini bisa diterapkan di berbagai bidang baik untuk bidang kreatif maupun bisnis.

Adanya Design Thinking membuat bisnis berubah fokusnya dari hanya berpusat pada produk menjadi berpusat pada manusia.

Karena demikianlah Design Thinking yang pendekatannya berbasis pada sudut pandang manusia.

Tidak hanya bermanfaat dalam mengembangkan produk saja, bahkan Design Thinking dapat membantu perusahaan untuk melakukan transfromasi cara dalam mengembangkan produk, layanan, proses, dan organisasi.

Apa yang Dimaksud dengan Design Thinking?

Design Thinking adalah pendekatan untuk menyelesaikan masalah dan mendapatkan solusi terbaik secara kreatif yang berfokus pada manusia.

Sedangkan menilik definisi dari IDEO, Design Thinking adalah sebuah pendekatan berinovasi yang berpusat pada manusia yang menggunakan perangkat kerja desainer untuk mengintegrasikan kebutuhan customer, kemungkinan teknologi, dan persyaratan untuk kesuksesan bisnis.

Design Thinking ini mulai dipopulerkan oleh IDEO sejak tahun 1991.

Akhir-akhir ini Design Thinking menjadi sangat populer penggunaannya karena Design Thinking menjadi kunci sukses dari berbagai perusahaan besar yang ada di dunia seperti Google, Toyota, Apple, dan masih banyak perusahaan besar lainnya.

Design Thinking ini menggabungkan sisi berpikir kreatif dan kritis. Hanya karena namanya diawali dengan kata “Design” bukan berarti hanya mencakup sisi berpikir kreatif saja.

Dengan Design Thinking, kita akan melalui proses memecahkan masalah dengan memanfaatkan kemampuan intuitif kita dalam memahami akar masalah yang terjadi.

Lalu bagaimana Design Thinking dapat digunakan dalam bisnis?

Setelah menggunakan kemampuan intuitif maka selanjutnya adalah menggunakan kemampuan rasional dan analitik kita. Karena bisnis tak bisa berjalan hanya dengan modal perasaan. Perlu pemikiran yang rasional.

Apa Tujuan dari Design Thinking?

Tujuan utama dari Design Thinking adalah memberikan solusi dari sebuah permasalahan yang dihadapi oleh manusia.

Namun, karena penggunaan Design Thinking ini telah sampai pada tingkat bisnis dan perusahaan maka beragam harapan dan tujuan pun sangat diharapkan dari Design Thinking ini.

Adapun tujuan Design Thinking yang biasa perusahaan harapkan adalah sebagai berikut:

  1. Menghasilkan produk/layanan baru yang bisa sesuai dan menjawab permasalahan target pasar.
  2. Membantu mengembangkan kemampuan praktis dan inovatif tim dalam perusahaan untuk menyelesaikan masalah yang ada dalam perusahaan.

Apakah Fokus Utama dari Design Thinking?

Design Thinking ini memiliki fokus yang berbeda dengan pendekatan inovasi lainnya.

Pendekatan inovasi lainnya ada yang technology-based dan competitor-based. Sedangkan Design Thinking ini termasuk pendekatan inovasi yang customer-centric.

Sehingga fokus utama dari Design Thinking adalah fokus untuk mengidentifikasi masalah dan memecahkan masalah dengan solusi yang berpusat pada manusia. Sehingga solusi yang dihasilkan kemudian adalah solusi yang benar-benar dibutuhkan oleh manusia.

Bagaimana Cara Kerja Design Thinking?

Secara sederhana beginilah penjelasan bagaimana cara kerja Design Thinking.

Design Thinking menggabungkan sudut pandang manusia dengan teknologi apa yang layak dan model bisnis yang tepat juga.

Bila divisualisasikan maka Design Thinking berada ditengah arsiran antara Desirability, Viability, dan Feasibility.

Bagaimana Cara Kerja Design Thinking

Desirability: Apa yang dibutuhkan oleh orang?

Feasibility: Apa yang secara teknis mungkin terjadi di masa depan?

Viability: Apa yang mungkin bisa dijadikan model bisnis yang berkelanjutan?

5 Tahapan Design Thinking

Jadi, bagaimana sebenarnya cara berpikir menggunakan Design Thinking ini?

Sebelum menjawabnya, pernahkah Anda merasakan kepala Anda penuh karena banyak ide yang bermunculan dan saling bertumpuk memenuhi kepala?

Kami rasa Anda pernah. Nah, pikiran yang saling bertumbuh dan bertumpuk itu layaknya benang kusut. Agar kepala Anda tak merasa semakin ingin meledak maka Anda perlu merealisasikan atau membuat konkret ide yang ada di kepala.

Karena ide yang baru datang di kepala Anda itu bentuknya abstrak dan Anda akan mengubahnya menjadi konkret. Nah, menuju hasil konkret-nya itu ada gap-nya. Gap itu perlu diisi dengan mengeluarkan ide dari dalam kepala Anda sebanyak-banyaknya.

Design Thinking membantu Anda untuk mengubah ide atau pikiran yang masih abstrak menjadi implementasi yang konkret.

Kurang lebih ini yang akan Anda rasakan ketika berpikir dengan Design Thinking

Bagaimana Rasanya Design Thinking

Itulah yang akan Anda rasakan ketiga menggunakan Design Thinking. Lantas apa saja langkah yang perlu dilakukan untuk menggunakan Design Thinking?

Dalam Design Thinking Model Stanford ada lima tahapan yang perlu dilalui yakni empathize, define, ideate, prototype, dan test.

1. Empathize

Setiap terjadi sebuah masalah atau permasalahan maka kita perlu mengidentifikasi apa yang sebenarnya terjadi atau apa akar utama permasalahannya.

Untuk bisa menemukan akar utama permasalahan maka kita perlu menggunakan kemampuan nurani kita dengan berempati.

Empati juga menjadi awal yang penting untuk menciptakan inovasi yang berarti. Karena hal terpenting dari inovasi adalah seberapa kita mengetahui tentang pengguna produk kita dan kehidupannya.

Empati adalah kemampuan kita untuk merasakan apa yang orang lain rasakan.

Lantas apa yang perlu dilakukan dalam tahap empati ini. Anda bisa melakukan ketiga hal berikut:

  1. Wawancara
  2. Shadowing, metode untuk mengungkapkan bagaimana orang yang diamati berperilaku dalam konteks tertentu dan bagaimana dia mengalami situasi tersebut.

Dari ketiga cara diatas, wawancara menjadi cara yang paling efektif untuk menggali permasalahan dari customer kita.

Sedangkan shadowing efektif untuk melihat kebutuhan atau potensi yang tak dikenali oleh si customer kita.

Ingat ya, ketika berempati dengan masalah pengguna jangan mencoba untuk menghakimi, cobalah untuk memunculkan rasa ingin tahu yang tinggi, berpikiran terbuka, optimis, dan saling menghargai.

2. Define

Setelah menggali apa yang sebenarnya pengguna kita keluhkan dan butuhkan maka ini waktunya untuk mendefinisikan apa yang sedang terjadi.

Terkadang pengguna sadar ia mengalami kendala dalam melakukan hal tertentu, tapi mereka tidak bisa memberi nama apa masalah yang sedang terjadi tersebut.

Dalam tahapan ini penting untuk mendefinisikan kebutuhan pengguna.

Hal terpenting dalam tahap define adalah membingkai masalah yang dihadapi oleh pengguna dengan tepat untuk menghasilkan solusi yang terbaik.

Berikut untuk contoh dalam tahapan define.

Ruang MasalahRuang Solusi
Saya takut tidak bisa lulus ujian matematikaSaya berharap bahwa sekolah akan menurunkan passing grade ujian matematika dari 80% ke 60%
Saya berharap sekolah dapat merekrut guru matematika yang baru
Contoh tahapan define.

Dari tabel diatas, Anda melihat bahwa akar masalahnya adalah seorang murid yang takut tidak bisa lulus ujian matematika.

Masalah takut ini perlu Anda definisikan secara tepat dan jelas agar Anda terbayang solusi penyelesainnya. Dan kolom ruang solusi menjadi pendefinisian yang tepat dan jelas.

3. Ideate

Setelah Anda bisa mendefinisikan masalah dengan jelas dan tepat maka ini saatnya Anda mengeluarkan ide-ide cemerlang dan brilian Anda.

Namun, hal yang perlu Anda ingat adalah dalam tahapan ideate ini bukan tentang ide yang tepat saja, tapi proses menghasilkan banyak ide solusi dan kemungkinan sebanyak mungkin.

Hal terpenting dalam tahapan ideate ini adalah menciptakan, menghasilkan, atau memunculkan ide berdasarkan perspektif yang tepat.

Hasil yang diharapkan dari tahapan ideate ini adalah mendapatkan sebanyak mungkin ide yang dapat menjawab kebutuhan, ketakutan, masalah dari target pengguna kita.

Ada beberapa cara yang bisa Anda lakukan dalam menggali ide yakni:

  1. Riset
  2. Brainstorm
  3. Berdiskusi

Ada cara mudah untuk menghasilkan ide solusi sebanyak mungkin dengan formula “How Might We”. Pertanyakan segala kemungkinan dengan “How Might We.”

How: Asumsikan bahwa terdapat solusi dari setiap tantangan/permasalahan.

Might: Tak masalah apabila ternyata tak ada solusinya

We: Sesuatu yang kita anggap bisa kita capai.

4. Prototype

Ide-ide solusi telah Anda dapatkan, kini saatnya Anda membuat prototipe dari ide Anda untuk mewujudkannya menjadi hal yang konkret dari ide yang masih abstrak.

Tujuan dari tahapan prototype ini adalah untuk memastikan bahwa produk/layanan/solusi yang dibuat sesuai dengan target pengguna.

Selain itu, tujuan lainnya adalah merencanakan nantinya produk/layanan/solusi ini mendapatkan umpan balik yang positif dari pengguna.

Dalam membuat prototipe ini Anda tak perlu menunggu sempurna sampai segala fiturnya terlengkapi. Anda bisa membuat prototipe versi minimumnya atau yang biasa disebut dengan Minimum Viable Product (MVP).

5. Test

Inilah saatnya Anda menunjukan prototipe yang telah Anda buat kepada calon pengguna produk Anda.

Inilah tahapan dimana Anda bisa menguji hipotesa yang Anda buat dan tuangkan dalam bentuk prototipe, menguji empati Anda, dan siap-siap mendapatkan umpan balik dari pengguna produk Anda.

Ujilah dan ukur pengalaman pengguna dalam kaitannya dengan customer journey.

Tahapan ini juga menjadi tahapan yang penting bagi Anda untuk belajar tentang solusi yang telah Anda buat dan pengguna Anda.

Apa Hubungan Design Thinking dan Agile?

Design Thinking memiliki kaitan dan hubungan yang erat dengan Agile.

Setelah melihat tahapan Design Thinking yakni empathize, define, ideate, prototype, dan test, maka ada kesamaan dengan konsep Agile yakni inspect dan adapt.

Design Thinking dan Agile bukanlah pendekatan yang perlu berjalan sendiri-sendiri. Bahkan jika digabungkan bisnis Anda akan mendapatkan hasil yang optimal.

Bahkan workhop Design Thinking di Ekipa pun berbeda dengan konsep Design Thinking murni.

Kami mengkombinasikan Design Thinking, Agile, dan Lean.

Karena dengan kombinasi ketiga hal tersebut, Anda bisa punya metrik terukur untuk menentukan dan menilai inovasi mana yang paling sesuai dengan kebutuhan customer.

Berbeda dengan Design Thinking biasa yang hanya sifatnya kualitatif saja.

Gabungan dari Design Thinking, Agile, dan Lean ini memberikan manfaat berarti untuk bisnis yakni menciptakan proses pengembangan produk yang tidak hanya berpusat pada customer, tapi juga punya tingkat efisiensi bisnis yang tinggi.

Bahkan kombinasi ketiga hal tersebut membuat kolaborasi antar fungsi yang memiliki satu pemahaman yang sama sesuai dengan tujuan.

Apa Contoh Design Thinking?

Ekipa sendiri dalam mengembangkan sebuah produk juga menggunakan kerangka berpikir Design Thinking.

Contoh Design Thinking bisa Anda simak ketika Ekipa mengembangkan sebuah platform khusus untuk transformasi agile yang bernama Ekipa Plus.

Saat itu awal Bulan Desember 2021 kami memutuskan untuk melakukan pengembangan produk baru. Saat itu kami selalu menggunakan platform Plai untuk mengelola tujuan kami yang menggunakan OKR (Objective & Key Result).

Kami sudah punya impian untuk bisa punya all-in-one platform yang bisa mengakomodir semua platform yang biasa kami gunakan seperti Plai, Trello, dan lainnya.

Kami mempraktekkan Design Thinking ini dengan melakukan Design Sprint selama lima hari.

Hari pertama, kami mencoba memetakan semua permasalahan/kebutuhan dari karyawan Ekipa ataupun klien Ekipa terkait transformasi agile.

Hari kedua kami membuat sketsa solusi dari semua permasalahan atau kebutuhan yang telah dipetakan pada hari pertama.

Hari ketiga kami berdiskusi dan memutuskan solusi mana yang akan difokuskan untuk segera dibuat.

Hari keempat kami membuat prototipe dari platform Ekipa Plus berdasarkan fitur-fitur yang sudah kita putuskan pada hari ketiga. Saat itu kami membuat versi sederhana dari platform Ekipa Plus dengan satu fiturnya yakni OKR.

Hari kelima kami mengujikan prototipe yang sudah dibuat dan mengambil pembelajaran apa yang perlu ditingkatkan kembali.

Dalam tahapan pengujian, kami pun menggandeng klien kami untuk mencoba platform Ekipa Plus secara gratis.

Apa Kelebihan dari Design Thinking?

Design Thinking ini menjadi populer sekali. Kira-kira apa kelebihan dari Design Thinking yang membuat banyak orang mau untuk mengadopsinya.

Manfaat Design Thinking tak hanya dirasakan oleh organisasi, tapi juga individu.

Berikut kelebihan Design Thinking yang dirasakan oleh setiap individu dalam sebuah organisasi:

  1. Membuat Anda bisa berpikir out of the box.
  2. Membuat Anda mendobrak batasan pikiran yang Anda buat sendiri.
  3. Mengasah cara Anda berpikir secara kritis dan kreatif.

Sedangkan inilah kelebihan Design Thinking dari sisi bisnis:

  1. Memahami masalah customer secara mendalam
  2. Menurunkan risiko kegagalan ide solusi karena sudah dilakukan uji coba
  3. Ide solusi yang terkumpul datang dari berbagai pihak.
  4. Adanya iterasi prototipe sehingga ide solusi dapat diadopsi dengan cepat.
  5. Meningkatkan kolaborasi yang lebih baik.

Apa Kelemahan dari Design Thinking?

Dibalik ketenarannya, ada berbagai kritik yang menandai adanya kelemahan dari Design Thinking. Apa saja itu?

  1. Proses Design Thinking yang terlalu terstruktur dianggap oleh para desainer membatasi cara berpikir kreatif.
  2. Design Thinking dijadikan glorifikasi dua hari workshop yang menuntaskan segala permasalahan perusahaan. Padahal tidak seperti itu, Anda tetap perlu beriterasi bahkan setelah workshop berakhir.
  3. Bila gagal memaknai atau mendefinisikan masalah pengguna maka ancaman gagal pun akan ada di depan mata.
  4. Karena terlalu berfokus pada customer membuat inovasi jangka panjang berkurang.

Apa Hubungan Design Thinking dengan Bisnis?

Berdasarkan hasil penelitian yang terdapat dalam Intelectual Economic tahun 2016, Design Thinking memiliki hubungan erat dengan bisnis yakni sebagai alat yang digunakan untuk mengembangkan keterampilan dan kemampuan untuk mengenali pendorong baru dalam berinovasi sesuai pemikiran desain.

Selain itu hubungan dengan bisnis lainnya adalah untuk memastikan bahwa bisnis Anda akan terus menghasilkan nilai yang bermanfaat bagi pengguna.

Dengan tujuan utamanya adalah agar bisnis Anda tetap bertahan dalam situasi yang semakin kompetitif dan penuh ketidakpastian.

Kapan Anda Perlu Menggunakan Design Thinking?

Sekarang Anda telah paham akan pentingnya Design Thinking dan Anda mulai bertanya kapan waktu yang tepat untuk menggunakan Design Thinking.

Waktu yang tepat untuk menggunakan Design Thinking adalah ketika Anda menemukan masalah kompleks dalam bisnis yang berkaitan dengan manusia.

Atau ketika Anda ingin berinovasi dengan mengembangkan produk baru dalam jangka waktu yang lebih cepat.

Siapa Saja yang Bisa Menggunakan Design Thinking?

Design Thinking bukanlah untuk desainer atau pekerja kreatif saja.

Siapapun Anda dan dari latar belakang industri apapun bisa menggunakan Design Thinking.

Menurut pengalaman Ekipa dalam memberikan workshop tentang Design Thinking pun ada yang berasal dari industri perbankan, pertambangan, telekomunikasi, dan masih banyak lainnya.

Bahkan Design Thinking bisa digunakan bagi setiap individu juga.

Apakah Anda ingin Mengadakan Design Thinking Workshop di Perusahaan Anda?

Perusahaan Anda sudah tahu akan pentingnya Design Thinking dan ingin mengajak karyawan di perusahaan Anda juga belajar menerapkannya, lantas apa yang Anda butuhkan?

Tentu Anda butuh vendor seperti Ekipa yang bisa memberikan materi Design Thinking secara keseluruhan dan memfasilitasi jalannya workshop tersebut.

Ekipa pun menyediakan jasa Design Thinking workshop yang berbeda dengan vendor lainnya. Kalau Design Thinking murni sifatnya adalah ide kualitatif. Namun, di Ekipa bisa juga ide-ide kualitatif itu diukur dengan kuantitatif.

Penasaran bagaimana Design Thinking Workshop dari Ekipa? Anda bisa mengirimkan permintaan workshop pada formulir yang ada di website Ekipa.

Bagaimana Jika Ingin Belajar Design Thinking Secara Individu?

Jika Anda ingin belajar Design Thinking secara individu dan bukan rombongan dari perusahaan, Anda bisa mengikuti program pembelajaran intensif yang ada di Ekipa Academy.

Anda bisa memilih paket pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhanmu. Karena di Ekipa Academy ada tiga pilihan paket pembelajaran. Apa saja itu? Ayo buka halaman Ekipa Academy.

Paket belajar agile academy di ekipa academy

Referensi:

We are moving website domains soon and look forward to sharing a brand new experience with you are Ekipa.co

We are moving our website domain soon and look forward to share a brand new experience with you at ekipa.co

  • 00Days
  • 00Hours
  • 00Minutes
  • 00Second
  • 00Days
  • 00Hours
  • 00Minutes
  • 00Second
Need help? Talk to us