fbpx

Mau Jadi Agile Coach? Ini Cara Ia Hadapi Tantangan

sertifikasi agile coach

“Kamu masih muda, bagaimana bisa kamu mengatur orang yang lebih tua daripada kamu. Saya jadi ragu.” Pernyataan itu sempat membuat semangat saya hampir hancur pada awal menjalani karir jadi Agile Coach di Ekipa. Namun, bukan Ardi namanya jika langsung menyerah dengan keadaan.

Pernyataan itu memang menyakitkan di awal, tapi justru menjadi cambuk bagi saya untuk menunjukkan bahwa saya bisa menunjukkan kemampuan terbaik saya dalam profesi ini tak peduli berapapun usia saya.

What doesn’t kill you makes you stronger. Saya berusaha melupakan pernyataan itu dan bangkit dari keterpurukan. Saya juga belajar dari kesalahan dan mencoba cara lain untuk memberikan kontribusi terbaik bagi klien dan Ekipa.

And YES! I am doing it. I am ready for future challenges and become a stronger agile coach.

Baca Juga: Agile Coach: Profesi Menjanjikan di Abad 21

Awal Karir Sebagai Agile Coach Dimulai dari Sini

Jadi agile coach ala ardiansyah muchtar

Saya adalah seorang introvert yang berorientasi kepada orang. Saya suka untuk membantu orang-orang dan mendukung mereka dalam sesi coaching.

Kalau Anda bertemu dengan saya, mungkin Anda melihat saya sebagai orang yang tidak terlalu banyak berbicara. Ya, itulah saya. Namun, dalam diamnya saya, sesungguhnya saya suka mengamati orang-orang dan membuktikan hasilnya.

Dalam hal ini, saya menyebut diri saya seorang hybrid yang menggabungkan pendekatan dan perspektif teknologi informasi & SDM. Pengalaman saya sebagai Agile Coach, Scrum Master, dan Manajer Proyek menjadikan saya mampu membantu organisasi mencapai tujuan mereka, menerapkan transformasi agile dalam organisasi, membentuk tim berkinerja tinggi, dan penyampaian produk & inovasi berdasarkan kebutuhan pasar.

Saya fokus pada pembinaan orang dan memfasilitasi orang untuk meningkatkan kemampuan mereka menjadi versi terbaik dari diri mereka sendiri.

Selanjutnya, saya suka membantu perusahaan dalam kelincahan bisnis, transformasi organisasi, mengeksplorasi dan memfasilitasi konflik intens, agile coaching, transformasi agile, dan pengembangan orang. Saya cenderung ke arah keseimbangan antara provokatif dan praktis.

Lebih lanjut, saya bisa beradaptasi di lingkungan yang terbuka seperti di Ekipa ini. Bisa dibilang saya adalah tipikal jenis orang yang menyukai eksekusi ketimbang hanya merencanakannya saja.

Awal karir sebagai Agile Coach adalah ketika saya menjadi seorang Scrum Master di Orami, sebuah perusahaan e-commerce untuk segala kebutuhan ibu dan anak.

Tugas saya ketika di Orami adalah memaksimalkan kinerja dan potensi tim Scrum melalui pendekatan coaching. Selain itu, saya juga membantu dan mendukung perusahaan dalam rangka mewujudkan cara kerja yang agile dalam organisasi.

Baca Juga: Berencana Start Agile? Kamu Wajib Baca 2 Buku Agile Ini!

Sertifikasi Untuk Menjadi Agile Coach

Untuk membuktikan seberapa berkualifikasi kemampuan yang saya miliki, maka saya mengikuti beberapa sertifikasi terkait agile dan coaching.

Berikut ini beberapa sertifikasi terkait agile yang sudah saya ikuti:

  • Certified Scrum Product Owner (CSPO) dari Scrum Alliance.
  • Certified Agile Leadership for Teams dari Scrum Alliance.
  • ICP- Agile Coach Certification dari ICAgile.
  • Certified Agile Leadership for Organization dari Scrum Alliance.
  • Certified Agile Leadership Essentials dari Scrum Alliance.
  • Professional Scrum Master I dari Scrum.org
  • Certified Professional-Coaching Agile Transitions dari ICAgile.

Itulah sertifikasi internasional terkait agile yang sudah saya ikuti. Beruntung sekali, sekarang di Indonesia juga ada sertifikasi terkait agile yang penyelenggaranya adalah Ekipa. Sertifikasinya ada sebagai Product Owner, Scrum Master, dan Agile Leadership.

Sertifikasi dari Ekipa sudah diakui oleh top enterprises di Indonesia, lho. Ujian sertifikasinya pun menggunakan bahasa Indonesia sehingga memudahkan Anda yang ingin mengambil sertifikasi terkait agile.

Baca Juga: 7 Manfaat Coaching untuk Bisnis Anda

Seperti Apa Fokus Saya di Ekipa?

Jika orang-orang bertanya, apa sih yang Ardi kerjakan? Jawabannya adalah saya bekerja sebagai seorang coach, facilitator, teacher, dan trainer.

Sedangkan untuk fokus saya akhir-akhir ini di Ekipa adalah membantu dan mendukung penerapan transformasi agile di banyak perusahaan melalui pelatihan, pembinaan, dan fasilitasi yang penuh dengan wawasan.

Selain itu, saya terpacu untuk membuat keputusan sulit lebih cepat dengan penyelarasan yang jelas kepada klien, mengatasi tantangan dan hambatan yang terjadi pada multi-departemen, menciptakan kondisi untuk kelancaran organisasi, membantu para pemimpin mengambil transformasi agile untuk perusahaannya. Dengan hal-hal inilah saya berkembang dan membantu sebanyak mungkin orang untuk berkembang pula.

Baca Juga: Agile Software Development untuk Meningkatkan Kinerja Perusahaan

Apa yang Menarik dan Menantang Sebagai Seorang Agile Coach?

Sesuatu yang menarik dalam profesi Agile Coach dan ini juga adalah passion saya adalah memaksimalkan potensi individu dengan kolaborasi tim.

Hal ini juga yang menjadikan Agile Coach itu berbeda dengan Scrum Master. Menjadi seorang Agile Coach tak berarti menunggu Anda sudah sangat berusia dan memiliki segudang pengalaman. Karena menjadi seorang Agile Coach adalah tentang bagaimana Anda berinteraksi dengan tim ataupun klien.

Perjalanan saya menjadi Agile Coach memang tak selamanya mulus. Namun, justru itulah yang menarik dan menantang ketika jadi Agile Coach. Ada banyak pelajaran hidup yang saya dapat.

Hal yang menantang adalah Anda akan bertemu dengan berbagai macam tipikal dan karakter orang. Ada yang sudah merasa putus asa terkait bisnisnya, ada yang sombong, arogan, dan banyak lagi jenis karakternya yang membuat Anda belajar banyak.

Ketika bertemu orang-orang dengan berbeda karakter, kadang-kadang mereka menolak apa yang Anda sarankan dan pada akhirnya mereka pun mau menerima Anda dan saran yang Anda berikan.

Pada intinya mereka akan mengakui dan menerima Anda ketika Anda tak hanya berbicara saja, tapi Anda juga memberikan hasil atau keluaran yang nyata.

Sejauh ini, Agile Coach sangatlah menarik bagi saya dengan segala jenis tantangan yang ada.

Baca Juga: Agile Maturity Assessment Tool, Know your Maturity Level for Free

Seperti Apa Keseharian Agile Coach di Ekipa?

Penasaran bagaimana keseharian seorang Agile Coach di Ekipa? Inilah serunya menjadi Agile Coach di Ekipa.

Bagi saya yang sudah menjalani Agile Coach di Ekipa selama tujuh bulan maka saya adalah owner dari apa yang akan saya lakukan.

Di Ekipa tak ada aturan harus bekerja dari jam 9 pagi sampai 5 sore. Tidak ada! Karena Ekipa adalah perusahaan yang menerapkan self-organization maka saya diberikan kebebasan untuk bekerja pada jam yang saya inginkan dan asalkan hal itu sesuai juga dengan kebutuhan klien.

Hal pertama dan terpenting asyiknya keseharian jadi Agile Coach di Ekipa adalah saya bisa memiliki cukup waktu untuk keluarga saya.

Hal kedua adalah saya juga bisa mengembangkan kemampuan bakat dan profesi saya karena tim dalam Ekipa sangat suportif dan membantu saya untuk berkembang.

Apa yang Membuat Ekipa Berbeda?

Salah satu Ekipa DNA adalah Entrepreneurship. Di sini saya merasakan benar-benar dibiasakan layaknya seorang entrepreneur yang memiliki kebebasan untuk menggunakan waktunya, mengambil keputusan, dan mengembangkan apa yang ingin saya kembangkan.

Hal yang membuat Ekipa berbeda adalah saya menjadi bos bagi diri saya sendiri. Saya bertanggungjawab atas apa yang saya lakukan dan nasib saya. Tidak ada aturan tunggal yang membatasi langkah saya terkait pekerjaan. Aturan saya adalah aturan yang bisa saya terapkan.

Jika banyak orang mencari suasana kerja yang work-life balance maka saya menemukan itu di Ekipa. Di Ekipa memberikan fleksibilitas yang tidak menilai pada input atau masukan pekerjaan. Namun, melihat pentingnya outcome atau pengaruh yang bisa kita berikan kepada Ekipa maupun klien.

Saya kagum dengan budaya di Ekipa yang terbuka, transparan, banyak masukan. Orang-orang benar-benar tulus membantu saya.

Saya senang bisa bergabung dengan Ekipa. Ide saya didengar oleh semua anggota. Ekipa seperti memberikan tantangan kepada saya. Saya membuat diri saya lebih baik setiap hari dan ingin berkontribusi sebanyak yang saya bisa. Pokoknya sangat menyenangkan bekerja di Ekipa!

Baca Juga: Minggu Pertamaku Sebagai Agile Coach di Ekipa

Alasan yang Membuat Saya Memutuskan Bergabung di Ekipa

Dalam hidup ini WHY lebih penting daripada HOW. Why adalah alasan-alasan yang membuat Anda bertahan dalam situasi apapun dalam hidup ini.

Alasan saya bergabung di Ekipa adalah karena passion saya yang peduli dan suka berbagi kepada orang lain. Saya bertumbuh bukan karena diri saya. Namun, saya bertumbuh karena suka melihat orang lain berkembang.

Baca Juga: Program Agile Training Terbaik di Indonesia

Tertarik Menjadi Agile Coach di Ekipa?

Jika ada orang yang bertanya, hal apa yang saya harapkan dapat belajar dari dulu? Jawabannya adalah saya harap bisa lebih tahu tentang profesi dan peran dari Agile Coach sejak awal karir saya.

Karena profesi Agile Coach sangat menyenangkan bagi saya. Saya menikmati belajar berbagai hal baru dan mengambil tantangan baru.

Untuk Anda yang tertarik jadi Agile Coach, Anda bisa baca referensi buku berjudul Coaching Agile Teams karya Lyssa Adkins, salah satu buku favorit saya.

Kalau Anda sudah siap dan tertarik belajar hal baru dan mengambil tantangan baru. Mari bekerja bersama di Ekipa. Anda bisa kunjungi career page Ekipa untuk tahu lowongan apa saja yang sedang dibuka oleh Ekipa.

Atau jika Anda ingin mengikuti program intensif yang dikemas dalam bentuk bootcamp untuk menjadi agile practitioner atau agile coach maka ikutilah program Agile Bootcamp yang diadakan oleh Ekipa Academy.

Semoga cerita ini semakin memotivasi Anda ya!

Paket belajar agile academy di ekipa academy

We are moving website domains soon and look forward to sharing a brand new experience with you are Ekipa.co

We are moving our website domain soon and look forward to share a brand new experience with you at ekipa.co

  • 00Days
  • 00Hours
  • 00Minutes
  • 00Second
  • 00Days
  • 00Hours
  • 00Minutes
  • 00Second
Need help? Talk to us