fbpx

3 Contoh Sprint Retrospective yang Perlu Dihindari

contoh retrospective

Ekipa.co – Sobat Agile tentunya sudah memahami bahwa Scrum memiliki beberapa Scrum Event yakni Sprint planning, Daily Scrum, Sprint Review, dan Sprint Retrospective. Masing-masing penjelasan tentang Scrum Event sudah dijelaskan pada artikel sebelumnya yang berjudul Kenalan dengan Scrum, Strategi Jitu Kembangkan Produk Seefektif Mungkin.

Sprint retrospective adalah sebuah Scrum Event yang diadakan untuk menginspeksi proses dan tim selama berjalannya aktivitas yang lalu. Tujuannya adalah untuk melakukan perbaikan terus-menerus.

Apa saja yang Dilakukan Saat Sprint Retrospective?

Kalau diartikan ke dalam Bahasa Indonesia retrospective artinya berkaitan dengan tinjauan ke belakang. Maka secara singkat bisa kita lihat aktivitas yang ada dalam Sprint Retrospective adalah meninjau apa yang sudah terjadi pada Sprint sebelumnya.

Dengan meninjau aktivitas yang sudah dilakukan di Sprint sebelumnya maka kita akan memperoleh pembelajaran yang bisa kita terapkan pada Sprint berikutnya.

Ada tiga pertanyaan penting yang perlu dijawab saat Sprint Retrospective. Jawaban dari tiga pertanyaan tersebut dapat digunakan sebagai pembelajaran untuk Sprint berikutnya.

Tiga pertanyaan tersebut adalah sebagai berikut:

  1. Hal baik apa yang sudah terjada saat Sprint sebelumnya?
  2. Aktivitas apa yang belum berjalan dengan baik saat Sprint sebelumnya?
  3. Apa yang perlu diperbaiki untuk Sprint selanjutnya?

Sprint Retrospective ini biasanya dilakukan setelah Sprint Review. Biasanya di Ekipa setelah melakukan Sprint Review, kami melakukan sprint dengan salah satu tool yakni Easy Retro.

Agile Bootcamp Ekipa Academy

Baca Juga: Scrum, Strategi Jitu Kembangkan Produk

Perbedaan Sprint Review dan Sprint Retrospective

Mungkin Sobat Agile bertanya-tanya, lantas apa perbedaan Sprint Review dan Sprint Retrospective? Memang keduanya sama-sama melakukan aktivitas inspeksi dan peninjauan, tapi tentu berbeda.

Sprint review adalah aktivitas inspeksi yang dilakukan terhadap Sprint goal atau dalam hal ini produk. Dalam sprint review akan dilihat apakah aktivitas yang dilakukan sudah memenuhi definition of done atau belum.

Sedangkan pada Sprint Retrospective yang diinspeksi adalah pada proses dan orang-orangnya.

Berbicara tentang output dari Sprint Review dan Sprint Retrospective pun berbeda. Output dari Sprint Review adalah Backlog yang direncanakan ulang atau diprioritaskan ulang. Sedangkan output dari Sprint Retrospective adalah rencana tindakan untuk perbaikan.

Sampai di sini apakah sudah mengerti perbedaan Sprint Review dan Sprint Retrospective?

Baca Juga: 5 Tips Agar Daily Scrum Kita Menyenangkan

3 Studi Kasus Sprint Retrospective yang Tidak Diinginkan oleh Tim dan Cara Mengatasinya

Tujuan dari Sprint Retrospective adalah untuk meninjau kembali hal baik maupun buruk yang terjadi selama aktivitas berlangsung guna untuk melakukan perbaikan ke depannya.

Sprint perlu dirancang semenarik mungkin agar Scrum Event satu ini tidak hanya menjadi formalitas belaka. Sayangnya dalam beberapa kasus hanya dijadikan rutinitas semata baik oleh tim maupun Scrum Master.

Berikut ini akan dibedah tiga contoh Sprint Retrospective yang perlu dihindari dan cara mengatasinya agar aktivitas ini menjadi lebih bermakna bahkan ditunggu-tunggu oleh tim.

Tiga studi kasus ini merupakan contoh nyata yang terjadi di lapangan dan dialami langsung oleh agile coach Ekipa. Harapannya dengan menceritakan tiga studi kasus ini Sobat Agile bisa mengambil sisi positifnya.

1. Berujung Menjadi Ajang Curhat

sprint retrospective
Photo by fauxels from Pexels

Perusahaan A biasa melakukan Sprint Retrospective secara rutin. Seluruh anggota Scrum Team bisa berkumpul dan menumpahkan segala pemikiran dan perasaan yang mereka simpan dalam forum tersebut.

Namun, apa yang terjadi? Pembicaraan sebagian besar didominasi dengan sesi “curhat” saja. Bagus memang apabila seluruh anggota tim bisa mengeluarkan apa yang mereka rasakan selama Sprint berlangsung.

Hanya saja yang disayangkan adalah mengapa Sprint Retrospective menjadi ajang curhat semata tanpa ada tindak lanjut kemudian?

Beban yang ada dalam tim memang sudah ditumpahkan, tapi tidak ada penyelesaian. Kejadian Sprint Retrospective yang hanya menjadi ajang curhat menjadikan anggota tim merasa malas untuk mengikutinya.

Alasan yang muncul adalah bahwa percuma ikut sprint karena tidak ada penyelesaian di sana akan masalah yang dihadapi.

Untuk mengatasi bahkan menghindari kejadian sprint yang berujung ajang curhat maka seorang Scrum Master harus bertindak.

Saat sprint berlangsung, Scrum Master perlu menuliskan masalah-masalah yang sedang dihadapi oleh tim dan membuat daftar tindakan yang bisa dilakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut.

Jangan lupa daftar tindakan (action list) tersebut dimasukkan ke dalam backlog agar tim menyadari bahwa mereka punya daftar tindakan yang perlu dilakukan untuk memecahkan permasalahan mereka.

Baca Juga: Tips Membangun Agile Organization

2. Sprint Retrospective yang Membosankan

sprint retrospective vs sprint review
Photo by Matheus Bertelli from Pexels

Perusahaan B melakukan Sprint Retrospective dengan format sama setiap periode yang berlangsung. Hal tersebut memang mewujudkan konsistensi dalam tim, tapi sayangnya tim menjadi bosan.

Padahal ketika sprint berjalan jangan sampai tim kehilangan fun factor yang membuat mereka kehilangan antusias dalam mengikuti aktivitas ini.

Karena sejatinya sprint diadakan untuk menjadi ajang yang menyenangkan dan event yang ditunggu-tunggu. Lantas bagaimana menghadapi kondisi seperti ini?

Untuk mengatasi kondisi seperti ini Scrum Master perlu memberikan variasi metode sprint. Beberapa metode sprint yang bisa digunakan adalah metode liberating structure, analogi, dan future retro.

Metode liberating structure membantu Sobat Agile dan tim menghilangkan rasa frustasi dan justru memicu meraka melesatkan daya cipta dan inovasinya.

Tak ada batasan rumit membuat liberating structure menciptakan wadah yang luas untuk kreativitas.

Terdapat 30 menu liberating structure yang bisa membantu kamu menghidupkan Sprint Retrospective activities.

Kalau metode analogi itu, kita akan menggunakan analogi mobil balap yang tidak bisa melaju kencang karena ada parasut yang menghalangi.

Inti dari metode analogi adalah mengibaratkan kondisi yang ada menjadi kondisi yang lainnya.

Sehingga analoginya menjadi:

  • Roda atau mesin mobil balap sebagai hal-hal yang membuat kita melaju selama sprint.
  • Parasut iibaratkan masalah yang menghambat
  • Pit stop diibaratkan sebagai hal-hal yang perlu kita improve.

Sedangkan metode future retro ini mengajak tim untuk membayangkan masa depan ketika menghadapi masalah.

Baca Juga: Berencana Start Agile? Kamu Wajib Baca 2 Buku Agile Ini!

3. Adanya Toxic Positivity

toxic positive
Photo by cottonbro from Pexels

Kondisi selanjutnya adalah perusahaan C sedang melaksanakan Sprint Retrospective yang dipimpin oleh Scrum Master. Scrum Master menggunakan format yang menyenangkan.

Ia menyediakan berbagai jenis permainan dan quiz yang kiranya akan membuat tim senang dan semangat.

Sayangnya, kondisi tim saat itu sedang merasa down karena mereka mengalami kegagalan dalam product launching dan tidak berjalan sesuai yang diharapkan oleh tim.

Tentu tujuan dari Scrum Master baik ingin menggairahkan kembali semangat timnya agar tidak terpuruk terus-menerus. Namun, apa yang dilakukan Scrum Master ternyata membuat tim menilai bahwa Scrum Master terkesan tidak berempati dan bahkan menimbulkan toxic positivity.

Lantas apa seharusnya yang perlu dilakukan?

Sebagai seorang Scrum Master tentunya ia perlu menerapkan agile value yakni respect dan tahu kondisi tim sedang seperti apa. Barulah ia memilih metode sprint apa yang tepat untuk tim.

Scrum master yang baik adalah orang yang mau menginspeksi kondisi, lingkungan tim dan beradaptasi dengan kondisi tersebut. Sehingga menemukan cara retrospective yang terbaik untuk kondisi dan waktu terbaik saat ini.

Baca Juga: 5 Cara Terbaik Memulai Penerapan Agile Untuk Pemula

Sudah Siapkah Kamu Membuat Sprint Menyenangkan?

Itulah tiga contoh Sprint Retrospective yang perlu dihindari. Lantas bagaimana jika terjebak di salah satu kondisi di atas? Jawabannya adalah dengan menerapkan solusi yang diberikan tadi.

Inti sari membuat sprint yang menyenangkan adalah pahami bagaimana kondisi tim kita, kenali masalah mereka, buat metode sprint yang menyenangkan, dan jangan lupa untuk membuat daftar tindakan untuk menyelesaikan masalah.

Sudah siapkah kamu membuat sprint yang menyenangkan dan ditunggu-tunggu oleh anggota tim? Kamu bisa belajar bagaimana memfasilitasi sprint yang menyenangkan di program Agile Bootcamp dari Ekipa Academy.

We are moving website domains soon and look forward to sharing a brand new experience with you are Ekipa.co

We are moving our website domain soon and look forward to share a brand new experience with you at ekipa.co

  • 00Days
  • 00Hours
  • 00Minutes
  • 00Second
  • 00Days
  • 00Hours
  • 00Minutes
  • 00Second
Need help? Talk to us